Pada saat hendak
meneliti sifat sinar katoda, Roentgen yang telah meneliti sinar katoda
menemukan sinar-X. Becquerel menemukan radioaktivitas ketika melakukan
penelitian untuk memastikan munculnya sinar-X bersama dengan adanya perpendaran
(fotoluminesensi). Pasangan suami-istri Pierre dan Marie Curie menemukan unsur
baru Polonium dan Radium yang memiliki radioaktivitas tinggi dari dalam tambang
uranium. Rangkaian penemuan besar ini terjadi di akhir abad 19. Dengan demikian
pengetahuan kita mengenai materi mengalami kemajuan yang besar.
Penemuan Sinar-X, Penemuan Radioaktivitas Uranium, Penemuan Polonium dan Radium.
Penemuan Sinar-X
Di akhir tahun 1895,
Roentgen (Wilhelm Conrad Roentgen, Jerman, 1845 – 1923), seorang profesor
fisika dan rektor Universitas Wuerzburg di Jerman dengan sungguh-sungguh
melakukan penelitian tabung sinar katoda. Ia membungkus tabung dengan suatu
kertas hitam agar tidak terjadi kebocoran fotoluminesensi dari dalam tabung ke
luar. Lalu ia membuat ruang penelitian menjadi gelap. Pada saat membangkitkan
sinar katoda, ia mengamati sesuatu yang di luar dugaan. Pelat fotoluminesensi
yang ada di atas meja mulai berpendar di dalam kegelapan. Walaupun dijauhkan
dari tabung, pelat tersebut tetap berpendar. Dijauhkan sampai lebih 1 m
dari tabung, pelat masih tetap berpendar. Roentgen berpikir pasti ada jenis
radiasi baru yang belum diketahui terjadi di dalam tabung sinar katoda dan
membuat pelat fotoluminesensi berpendar. Radiasi ini disebut sinar-X yang
maksudnya adalah radiasi yang belum diketahui.
Di tahun 1895 itu
Roentgen sendirian melakukan penelitian sinar-X dan meneliti sifat-sifatnya.
Pada tahun itu juga Roentgen mempublikasikan laporan penelitiannya. Berikut ini
adalah sifat-sifat sinar-X:
1. Sinar-X dipancarkan dari tempat yang paling
kuat tersinari oleh sinar katoda.
2. Intensitas cahaya yang dihasilkan pelat
fotoluminesensi, berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik
terjadinya sinar-X dengan pelat fotoluminesensi. Meskipun pelat dijauhkan
sekitar 2 m, cahaya masih dapat terdeteksi.
3. Sinar-X dapat menembus buku 1000 halaman
tetapi hampir seluruhnya terserap oleh timbal setebal 1,5 mm.
4. Pelat fotografi sensitif terhadap sinar-X.
5. Ketika tangan terpapari sinar-X di atas pelat
fotografi, maka akan tergambar foto tulang tersebut pada pelat fotografi. Skema
peralatan ditampilkan pada Gambar 1. Foto tulang tangan yang diambil pada saat
itu ditampilkan pada Gambar 2.
6. Lintasan sinar-X tidak dibelokkan oleh medan
magnet (daya tembus dan lintasan yang tidak terbelokkan oleh medan magnet
merupakan sifat yang membuat sinar-X berbeda dengan sinar katoda).
Gambar 2:
Laporan pertama Roentgen mengenai sinar-X dimuat pada halaman
132 – 141 laporan Asosiasi Fisika Medik Wuerzburg tahun 1895. Di awal tahun
1896 reprint laporan Roentgen dikirimkan kepada
ilmuwan-ilmuwan terkenal.
Karena tidak
dibelokkan oleh medan magnet, maka orang tahu bahwa sinar-X berbeda dengan
sinar katoda. Pada saat itu belum ditemukan fenomena interferensi dan difraksi.
Karena itu muncullah persaingan antara teori partikel dengan teori gelombang
untuk menjelaskan esensi/substansi sinar-X. Teori partikel dikemukakan antara
lain oleh W.H. Bragg, teori gelombang dikemukakan antara lain oleh Stokes dan
C.G. Barkla. Sejak saat itu teori gelombang didukung oleh lebih banyak orang.
Pada tahun 1912, fenomena difraksi sinar-X oleh kristal ditemukan oleh Max von
Laue dan kemudian dapat dipastikan bahwa sinar-X adalah gelombang
elektromagnetik. Tahun 1922 Compton menemukan efek Compton berdasarkan
penelitian hamburan Compton. Berdasarkan penelitian sinar-X ia dapat memastikan
bahwa gelombang elektromagnetik memiliki sifat dualisme gelombang dan materi
(partikel).
Penemuan Radioaktivitas Uranium
Laporan Roentgen
diperkenalkan kepada Akademi Paris pada Januari 1896 oleh Poankale yang
merupakan ilmuwan Perancis terkemuka saat itu. Di dalam artikel Akademi waktu
itu terdapat prediksi Poankale yang menyatakan bahwa materi yang berpendar
dengan kuat memiliki kemungkinan untuk memancarkan sinar-X juga bersama sinar
fluoresensi.
Banyak dikenal materi
yang berpendar karena stimulasi dari sinar matahari atau sinar lain. Becquerel
(Antoine Henri Becquerel, Perancis, 1852 – 1908) yang merupakan profesor fisika
di Museum Sains Paris berpikir untuk memastikan hal ini. Keluarga Becquerel
sejak dari generasi kakek bekerja sebagai profesor fisika di Museum Sains, ayah
Becquerel adalah peneliti materi pendar. Becquerel segera dapat melakukan
penelitian menggunakan materi pendar yang dikumpulkan oleh ayahnya.
Becquerel memasukkan
pelat fotografi dan kain hitam ke dalam kotak aluminium. Dia berupaya agar
pelat fotografi tidak mengalami perubahan walaupun kotak aluminium terkena
sinar matahari. Dia meletakkan (mengoleskan) garam uraniumi di atas kotak
aluminium, membiarkannya terkena sinar matahari selama beberapa jam, lalu
memroses pelat fotografi itu. Jika oleh stimulasi sinar matahari sinar-X
dipancarkan dari uranium, maka sinar-X yang menembus kain hitam dan aluminium
pasti akan menghitamkan pelat fotografi. Ternyata memang pelat fotografi
menjadi hitam seperti yang diperkirakan.
Tetapi kembali terjadi
hal yang tidak diperkirakan. Karena hari berawan berlangsung terus, Becquerel
tidak dapat menggunakan sinar matahari seperti di atas. Becquerel memroses
pelat fotografi dengan suatu pikiran untuk memastikan bahwa pelat tidak akan
menjadi hitam karena tidak terkena sinar matahari. Tetapi pelat tetap menjadi
hitam walaupun kotak tidak terkena sinar matahari. Becquerel menemukan fakta ini
pada Maret 1896.
Setelah melakukan
percobaan dengan meletakkan berbagai materi di atas pelat fotografi, ia
mengetahui bahwa sifat materi pendar dan bentuk kimia tidak mempunyai pengaruh
dalam hal ini. Semua materi yang mengandung uranium pasti dapat menghitamkan
pelat fotografi. Khususnya dalam hal logam uranium, tingkat kehitamannya besar.
Becquerel berpikir bahwa dari uranium terpancar radiasi yang mirip dengan
sinar-X. Untuk sementara sinar ini disebut sinar Becquerel.
Kesamaan sifat antara
sinar Becquerel dengan sinar-X, selain sama-sama dapat menghitamkan pelat
fotografi, adalah keduanya dapat mengionkan udara.
Penemuan Polonium dan Radium.
Marie Sklodowska Curie
(Polandia-Perancis, 1867 – 1934) menikah dengan Pierre Curie (Perancis, 1859 –
1906) dan siap memulai kehidupan seorang peneliti dengan meneliti sinar
Becquerel sebagai tema penelitian untuk mendapatkan gelar akademik. Pierre yang
saat itu sudah menjadi salah satu peneliti terkemuka bermaksud membantu
istrinya dengan menyarankan pemakaian alat ukur arus yang sangat sensitif
(Galvanometer Feebles) seperti terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3:
Marie Curie
menggunakan alat ukur arus yang sangat sensitif dan melakukan pengukuran secara
kuantitatif radioaktivitas (kemampuan melepaskan radiasi) dari materi yang
dapat ia peroleh. Hanya materi yang mengandung uranium atau thorium yang
menunjukkan radioaktivitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar